TrandSatu | Gempa bumi adalah fenomena alam yang tak terduga, dan saat itu terjadi, dampaknya bisa sangat merusak. Baru-baru ini Gempa Bandung, wilayah Garut kembali diguncang dengan magnitudo 5.0, memaksa kita semua untuk merenungkan pentingnya kesiapsiagaan bencana.
Dalam konteks ini, Penjabat Bupati Garut, Barnas Adjidin, menegaskan bahwa pembangunan rumah di daerah rawan gempa harus dilakukan dengan memperhatikan struktur yang kokoh.
Dampak Gempa Bandung Pentingnya Struktur Bangunan
Dalam kunjungan ke Desa Barusari, Barnas mengamati banyak rumah yang tidak dilengkapi dengan struktur yang memadai, seperti penggunaan besi dalam konstruksinya.
Ia menekankan, “Masyarakat yang akan membangun rumah itu harus dengan struktur yang benar.” Hal ini penting agar bangunan tidak mudah roboh saat gempa terjadi. Mengingat wilayah Garut berada di jalur gempa Sesar Garsela, langkah mitigasi bencana menjadi hal yang sangat mendesak.
Sesar Garsela adalah salah satu jalur gempa yang telah diketahui di wilayah ini. Pembangunan yang dilakukan tanpa memperhitungkan risiko gempa bisa berakibat fatal.
Untuk itu, Barnas mengingatkan agar warga tidak hanya memperhatikan material, tetapi juga lokasi pembangunan. “Jangan membangun rumah di tempat bahaya di lereng-lereng,” ujarnya.
Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus melakukan edukasi kepada masyarakat. Edukasi ini tidak hanya dilakukan saat terjadi gempa, tetapi juga dalam kondisi normal.
“Kita harus melaksanakan kegiatan mitigasi bencana agar masyarakat Garut lebih siap menghadapi situasi darurat,” tegasnya.
Dalam hal ini, pengetahuan tentang cara menyelamatkan diri sangatlah krusial. Masyarakat perlu tahu bagaimana cara evakuasi yang aman jika gempa terjadi.
Barnas menekankan pentingnya adanya titik kumpul dan rencana evakuasi yang jelas. “Jangan sampai saat bencana terjadi, masyarakat panik dan tidak tahu harus kemana,” tambahnya.
Dampak Gempa Terbaru
Gempa yang mengguncang Garut baru-baru ini melibatkan kerusakan yang cukup signifikan. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut mencatat 233 rumah, 10 fasilitas pendidikan, dan enam fasilitas ibadah rusak di 17 desa di enam kecamatan.
Kerusakan ini menunjukkan bahwa bencana alam dapat menimpa siapa saja, dan oleh karena itu, kesiapsiagaan adalah kunci.
Di tengah tantangan ini, masyarakat diharapkan untuk memprioritaskan pembangunan yang berkelanjutan. Barnas mengajak warga untuk tidak hanya membangun rumah secara asal-asalan.
“Model membangun rumah jangan asal nempel bata, harus diperhatikan struktur dan kekuatan bangunannya,” tegasnya.
Kesadaran akan pentingnya struktur bangunan yang kokoh tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat.
Keterlibatan aktif warga dalam pembangunan dan mitigasi bencana akan sangat membantu dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman.