Home / Berita

Minggu, 1 Desember 2024 - 15:42 WIB

Pemberontak Suriah Kembali Kuasai Aleppo, Awal Babak Baru

Trandsatu | Di tengah terik panas Timur Tengah, sebuah kejutan besar mengguncang Suriah. Setelah bertahun-tahun terjebak dalam perang yang tak berkesudahan, Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, kembali menjadi saksi bisu sebuah pertempuran yang mengubah segalanya.

Pada akhir November 2024, pasukan pemberontak yang tergabung dalam aliansi militer baru, mengadakan serangan mendalam ke kota ini, merebut sebagian besar wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan pemerintah Suriah.

Kembali ke Aleppo: Pemberontak Suriah Masuk Kembali

Aleppo, yang sempat jatuh ke tangan pasukan pemerintah Suriah pada 2016 setelah pertempuran sengit, kini kembali menjadi medan pertempuran.

Para pemberontak yang menguasai sebagian besar wilayah luar kota pada minggu ini, dengan cepat menyapu masuk ke pusat kota.

Dalam hitungan hari, mereka menguasai sebagian besar Aleppo, membuat serangan ini menjadi momen dramatis dalam perang Suriah yang sudah berlangsung hampir satu dekade.

Pemberontakan yang terjadi kali ini bukanlah sekadar pertempuran kecil, melainkan sebuah serangan besar yang menandakan bahwa kekuatan oposisi masih mampu memberikan perlawanan serius terhadap rezim Bashar al-Assad, meskipun telah banyak wilayah yang berhasil direbut kembali oleh pemerintah selama bertahun-tahun sebelumnya.

 Aliansi Pemberontak: “Komando Operasi Militer”

Apa yang membuat serangan ini begitu signifikan adalah fakta bahwa pemberontak suriah  kali ini tidak bergerak secara terpisah, melainkan dalam satu koalisi baru yang bernama Komando Operasi Militer.

Koalisi ini merupakan gabungan dari berbagai kelompok pemberontak, termasuk faksi-faksi Islamis yang cukup keras dan kelompok-kelompok oposisi moderat yang sebelumnya mendapat dukungan dari Amerika Serikat.

Pembentukan aliansi ini menunjukkan bahwa para pemberontak tidak hanya bertindak secara sporadis, melainkan dengan strategi terorganisir yang matang untuk meraih kemenangan.

Menurut Letnan Kolonel Hassan Abdelghani, seorang komandan dari koalisi tersebut, tujuan mereka sangat jelas: membebaskan wilayah-wilayah yang dikuasai oleh rezim Bashar al-Assad serta milisi-milisi Iran yang telah banyak terlibat dalam konflik ini.

“Kami ingin membersihkan Suriah dari kekuasaan kriminal yang menindas rakyat kami,” ujar Abdelghani dalam sebuah wawancara.

 Serangan yang Mencekam: Aleppo Terjerat dalam Kegelapan Perang

Di balik setiap pertempuran, ada kisah-kisah manusia yang tak terungkapkan. Pada pagi hari tanggal 30 November 2024, penduduk Aleppo dikejutkan oleh suara tembakan dan ledakan yang mengguncang kedamaian mereka.

Baca Juga  Hantaru 2024 di Banten: Juara Umum Kabupaten Tangerang

Dalam video yang tersebar luas, terlihat para pemberontak yang mengibarkan bendera oposisi di tengah-tengah kota, berteriak, “Allah Maha Besar,” sembari mengepung beberapa titik vital di pusat kota.

Di salah satu video yang telah diverifikasi oleh CNN, terlihat para pejuang pemberontak berada di benteng kota yang menjadi simbol penting dalam sejarah pertempuran Aleppo.

Mereka dengan tegas mengumumkan kehadiran mereka dengan seruan, “Kami adalah yang pertama datang dan yang pertama menaklukkan.” Pemberontak ini bukan sekadar mencoba merebut kota, mereka juga berusaha menegaskan diri sebagai simbol harapan baru bagi banyak warga Suriah yang sudah lama terperangkap dalam kekuasaan rezim.

Namun, meskipun serangan ini berhasil menguasai sebagian besar wilayah Aleppo, ada bagian kota yang tetap berada di bawah kendali pasukan pemerintah. Di timur laut Aleppo, beberapa lingkungan masih berada di tangan pasukan pemerintah dan sekutu-sekutunya, terutama milisi-milisi Iran yang sangat berperan dalam mendukung Assad selama bertahun-tahun perang.

 Reaksi Suriah: Tentara Melawan, Namun Terbatas

Kementerian Pertahanan Suriah dalam pernyataannya mengakui bahwa pemberontak telah memasuki kota dan menguasai beberapa wilayah penting. Namun, mereka juga menekankan bahwa pasukan Suriah akan segera melakukan serangan balasan yang lebih besar. “Kami tidak membiarkan mereka membangun posisi yang kokoh. Pasukan tambahan sedang dalam perjalanan untuk merebut kembali wilayah yang hilang,” ujar juru bicara kementerian.

Meski demikian, banyak saksi mata di dalam kota yang melaporkan bahwa perlawanan yang terjadi sangat terbatas. Dalam sebuah wawancara dengan CNN, seorang warga Aleppo mengungkapkan, “Kekerasan yang terjadi tidak begitu besar, hanya sedikit tembakan dan bentrokan kecil. Selebihnya, pemberontak dengan cepat menguasai beberapa distrik utama.”

Sementara itu, beberapa analis perang menyebutkan bahwa perlawanan pasukan Suriah terkesan lebih lemah dari yang diperkirakan. Ada kemungkinan bahwa pasukan pemerintah sedang berada dalam kondisi kelelahan setelah bertahun-tahun terlibat dalam berbagai pertempuran besar, dan kini menghadapi kesulitan dalam melawan gelombang pemberontakan yang baru ini.

Baca Juga  Lapas Cilegon Hadiri Soft Launching Griya Abipraya Banten Untuk Dukung reintegrasi

 Aleppo: Kota yang Tak Pernah Lepas dari Cengkraman Perang

Aleppo memiliki sejarah panjang sebagai salah satu kota terbesar dan paling bersejarah di Suriah. Kota ini bukan hanya menjadi saksi bisu pertempuran sengit selama perang saudara, tetapi juga telah menjadi simbol dari penderitaan dan perjuangan rakyat Suriah. Dari kota yang dulunya megah ini, kini tersisa reruntuhan dan bayang-bayang masa lalu yang suram.

Pada tahun 2012, Aleppo menjadi medan pertempuran besar antara pasukan pemerintah dan pemberontak. Kota ini diperebutkan selama bertahun-tahun, dengan kedua belah pihak saling menyerang dan bertahan. Pada akhirnya, pada 2016, pasukan pemerintah Suriah berhasil merebut kembali kota tersebut setelah pertempuran panjang yang mengakibatkan ribuan korban jiwa. Sejak saat itu, Aleppo berangsur-angsur kembali berada di bawah kontrol penuh rezim Bashar al-Assad.

Namun, serangan baru-baru ini menunjukkan bahwa perlawanan di Aleppo belum sepenuhnya berakhir. Meskipun pasukan pemerintah berhasil merebut kembali banyak wilayah, banyak faksi-faksi oposisi yang masih memiliki pengaruh di beberapa bagian kota dan sekitarnya.

 Kekuatan Baru dalam Perang: Pemberontak vs Rezim Assad

Perang Suriah yang telah berlangsung hampir satu dekade ini memang menunjukkan dinamika yang sangat kompleks. Di satu sisi, rezim Bashar al-Assad, yang didukung oleh sekutu-sekutu kuat seperti Rusia dan Iran, berhasil mempertahankan kekuasaan. Namun, di sisi lain, pemberontak yang sebelumnya terpecah-pecah kini mulai menunjukkan kekuatan baru melalui koalisi seperti “Komando Operasi Militer.”

Dengan kekuatan gabungan yang lebih terorganisir, serta semangat juang yang belum padam, pemberontak Suriah kini berada dalam posisi untuk mengguncang kembali keseimbangan kekuatan di negara tersebut. Meski serangan mereka ke Aleppo kali ini berhasil merebut sejumlah wilayah, pertanyaan besar tetap ada: bisakah mereka mempertahankan kendali ini atau akankah serangan balasan dari pasukan pemerintah mengubah jalannya pertempuran?

Dikutip dari CNBC dan berbagi sumber lainya.

Share :

Baca Juga

Berita

Jabar Bergerak Bagikan 500 Kacamata Gratis

Berita

Bukti Komitmen Kepada Masyarakat, Lapas Cilegon Kembali Salurkan Paket Bantuan Sosial

Berita

ATR/BPN Tindak Lanjuti Rekomendasi BPK

Berita

Merancang 15 Agenda Kegiatan di Hari Pers Nasional Provinsi Riau

Berita

Mengenal PAUD Desa Singa Jaya : Fokus Pada Kompetensi Profesional Guru

Berita

Pj Bupati Ciamis Buka FKP Rancangan Awal RKPD  Tahun 2026

Berita

Kementerian ATR/BPN dan Kementerian HAM Bahas Penataan Administrasi Pertanahan dengan Fokus HAM

Berita

Dugaan Pemicu Penyerangan Kantor MPW PP di Bandung Berujung 6 Orang Terluka