TrandSatu | Penguatan Rupiah, Pernahkah Anda merasa penasaran dengan alasan di balik penguatan rupiah saat ini? Ternyata, ada beberapa faktor fundamental yang berperan besar dalam hal ini.
Menurut Bank Indonesia (BI), kekuatan rupiah saat ini lebih banyak ditopang oleh fondasi ekonomi yang kokoh dibandingkan dengan faktor politik.
Mari kita ulas lebih dalam apa yang membuat mata uang kita semakin kuat.
Ekonomi yang Kuat dan Stabil: Kunci Penguatan Rupiah
Dalam sebuah pelatihan wartawan yang berlangsung di Bali pada Sabtu lalu, Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, menjelaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang solid adalah pendorong utama penguatan rupiah saat ini.
Ia menegaskan bahwa dalam dua dekade terakhir, pengaruh politik terhadap nilai tukar rupiah relatif menurun dibandingkan dengan faktor ekonomi.
“Pertama-tama, faktor-faktor fundamental ekonomi kita menjadi semakin kuat. Kedua, pengalaman kita selama dua puluh tahun terakhir menunjukkan bahwa perkembangan politik cenderung memiliki dampak yang lebih kecil dibandingkan dengan faktor ekonomi yang lebih mendasar,” kata Erwin.
Menurut Erwin, setelah ketidakpastian global mereda, para investor kembali tertarik untuk menanamkan modal di pasar keuangan domestik.
Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan investor asing terhadap ekonomi Indonesia—baik dalam sektor riil maupun portofolio—terbilang tinggi.
Salah satu indikator utama kekuatan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi. Saat ini, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Angka ini menggambarkan ketahanan dan keberlanjutan perekonomian Indonesia yang tetap solid meskipun ada guncangan di luar negeri.
Selain itu, inflasi Indonesia juga berada dalam kisaran yang terjaga dengan baik, yakni sekitar 2,5 persen plus minus satu persen.
Angka ini menunjukkan bahwa inflasi tetap terkendali dalam jangka waktu yang lama, yang merupakan sinyal positif bagi stabilitas ekonomi.
“Faktor-faktor fundamental, baik eksternal maupun internal, memainkan peran penting dalam pergerakan rupiah dan aliran modal. Dengan demikian, pertimbangan politik cenderung memiliki dampak yang lebih kecil dibandingkan sebelumnya,” tambah Erwin.
Pada akhir perdagangan Jumat, 23 Agustus 2024, rupiah ditutup dengan nilai yang lebih tinggi, yakni 15.492 per dolar AS, naik 108 poin atau sekitar 0,69 persen dari nilai sebelumnya yang sebesar 15.600 per dolar AS. Ini adalah indikator yang jelas bahwa penguatan rupiah sedang dalam jalur positif.
“Dengan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin kokoh, baik di tingkat global maupun domestik, seharusnya mata uang kita semakin diperhatikan oleh investor. Ini mungkin menjadi alasan mengapa faktor politik domestik tidak memberikan dampak sebesar sebelumnya,” jelas Erwin.
Pada Jumat, 23 Agustus 2024, sejumlah demonstrasi terjadi di berbagai daerah, termasuk Jakarta, Jawa Barat, Aceh, dan Makassar.
Aksi-aksi ini terkait dengan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang dinilai tidak memenuhi standar pembahasan sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi.
Namun, meskipun ada ketidakstabilan politik ini, rupiah tetap menunjukkan penguatan yang signifikan. Ini menunjukkan bahwa investor lebih memfokuskan perhatian pada kekuatan ekonomi fundamental daripada isu politik yang sedang berkembang.
Aliran Modal Asing yang Positif
Bank Indonesia juga melaporkan bahwa aliran modal asing masuk bersih ke pasar keuangan domestik mencapai Rp15,91 triliun selama periode 19-22 Agustus 2024. Nilai ini terdiri dari:
- Rp11,45 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN)
- Rp4,13 triliun di pasar saham
- Rp0,33 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)
Data ini menunjukkan bahwa minat investor asing terhadap pasar Indonesia tetap kuat, yang turut mendukung penguatan rupiah.
Dikutip dari Antara