TrandSatu | Untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2024, nama Tri Rismaharini dan Abdullah Azwar Anas kembali muncul sebagai kandidat yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Banyak orang memperkirakan bahwa keduanya tidak akan mampu bersaing dengan pasangan petahana Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak, meskipun masalahnya masih ada.
Menurut Wawan Sobari, pengamat politik dari Universitas Brawijaya Malang, penyebab utama ketidaksepakatan pasangan Risma-Azwar adalah jumlah kursi PDIP di DPRD Provinsi Jawa Timur hasil Pemilu 2024. Di Malang, Minggu (4/8/2024), dia menyatakan bahwa PDIP tidak mungkin maju tanpa koalisi dengan partai lain karena lawan yang dihadapi adalah petahana dan partai-partai kuat sudah berkoalisi.
Gerindra, Partai Golkar, PKS, Demokrat, PAN, PPP, PSI, dan Perindo telah mendukung Khofifah dan Emil, menambah kekuatan pasangan petahana dalam Pilgub Jatim 2024.
PDIP memperoleh 3.735.865 suara pada Pemilu 2024, dengan 21 dari 120 kursi di DPRD Provinsi Jawa Timur. Namun, perolehan kursi ini turun sebanyak 6 kursi dibandingkan Pemilu 2019, sehingga PDIP tidak dapat mengusung calonnya sendiri. Hal ini memenuhi persyaratan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 untuk minimal 20% kursi DPRD atau 25% akumulasi suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD.
Wawan mengusulkan agar PDIP bersikap realistis dengan memilih Risma atau Azwar Anas sebagai kandidat. Setelah itu, PDIP harus membiarkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang memenangkan Pemilu Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur 2024 dengan 4.517.228 suara dan 27 kursi, untuk memilih calon wakil gubernur.
Sangat mungkin untuk mengadakan koalisi, tetapi masalahnya muncul karena siapa yang merupakan pemimpin PKB yang kuat di Jawa Timur. Wawan menyatakan bahwa meskipun nama KH Marzuki Mustamar telah muncul, elektabilitasnya masih di bawah 5%.
Dikenal sebagai Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini memiliki reputasi yang kuat dalam membangun dan mengembangkan kota tersebut. Kinerjanya yang diakui secara nasional membuatnya menjadi salah satu figur yang diunggulkan PDIP. Namun, tantangan besar bagi Risma adalah bagaimana dia bisa mendapatkan dukungan dari partai lain dan membentuk koalisi yang kuat.
Sebaliknya, riwayat Abdullah Azwar Anas, yang pernah menjabat sebagai bupati Banyuwangi, juga luar biasa. Di bawah kepemimpinannya, Banyuwangi mengalami kemajuan dalam bidang pariwisata, ekonomi, dan infrastruktur. Orang menganggap Azwar Anas sebagai orang yang inovatif dan mampu mengubah dunia.
Dengan pengalaman dan popularitasnya sebagai gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa memiliki keunggulan yang signifikan. Begitu pula Emil Dardak, yang terkenal karena visinya dan cara memimpin kontemporer. Jika keduanya digabungkan, mereka akan membuat pasangan yang kuat dan sulit dikalahkan.
Risma dan Azwar Anas harus melanjutkan dengan mendapatkan dukungan dari partai lain dan membentuk koalisi yang kuat. Mengingat dominasi koalisi Khofifah-Emil, ini bukan tugas yang mudah. Namun, dengan strategi yang tepat dan kerja keras, selalu ada peluang.
Dikutip dari Beritasatu