TrandSatu | Pagi ini, pasar keuangan Indonesia disambut dengan kabar yang menyegarkan—rupiah kembali menunjukkan penguatan yang signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pergerakan mata uang domestik ini tidak hanya menjadi perbincangan hangat, tetapi juga menebar optimisme di kalangan pelaku pasar.
Salah satu faktor utama di balik penguatan ini adalah kenaikan tajam cadangan devisa (cadev) yang baru saja diumumkan oleh Bank Indonesia (BI).
Menurut data yang dilansir oleh Refinitiv, pada Kamis (8/8/2024) pukul 09:57 WIB, rupiah tercatat menguat 0,53% ke level Rp15.945 per dolar AS.
Kenaikan ini tidak dapat dipisahkan dari rilis data cadangan devisa yang mengejutkan pasar dengan lonjakan yang cukup besar.
Cadangan devisa Indonesia pada Juli 2024 mencapai US$145,4 miliar, naik sebesar US$5,2 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
Angka ini tidak hanya mengesankan, tetapi juga memberikan kepastian tambahan bagi kestabilan ekonomi Indonesia, khususnya dalam menjaga nilai tukar rupiah di tengah gejolak pasar global.
Kenaikan yang signifikan dalam cadangan devisa ini sebagian besar dipicu oleh dua faktor utama. Pertama, penerbitan sukuk global oleh pemerintah yang berhasil menarik minat investor internasional.
Sukuk ini menjadi salah satu instrumen penting dalam mengamankan pendapatan devisa negara di tengah kebutuhan pembiayaan yang tinggi.
Kedua, penerimaan pajak dan jasa juga berkontribusi besar terhadap kenaikan cadangan devisa.
Dalam siaran pers yang dirilis pada Rabu (7/8/2024), Bank Indonesia menekankan bahwa kedua faktor ini memberikan dorongan signifikan pada posisi cadev, menjadikannya salah satu yang tertinggi dalam sejarah.
 Implikasi Positif bagi Pasar dan Rupiah
Penguatan rupiah yang terjadi saat ini memberikan dampak positif tidak hanya bagi stabilitas nilai tukar, tetapi juga bagi persepsi pasar terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Dengan cadangan devisa yang semakin besar, Bank Indonesia memiliki “bumper” yang lebih kuat untuk menstabilkan rupiah jika terjadi gejolak di pasar keuangan global.
Dikutip dari CNBC