TrandSatu I Setelah mengikuti rangkaian kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) Riau 2025, delegasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Cilegon menyempatkan diri mampir ke Rumah Makan Cuik sebelum kembali ke Provinsi Banten.
Ketua PWI Kota Cilegon, Ahmad Fauzi Chan, mengatakan bahwa kunjungan ini menjadi momen santai sebelum perjalanan pulang yang pastinya akan penuh tantangan, karena jarak dari Pekanbaru, Riau menuju ke Cilegon, Banten mencapai 1.000 km dan memakan waktu 2 hari 2 malam.
“Kami sudah mengikuti banyak agenda selama HPN, dan sebelum pulang, kami ingin menikmati kuliner khas Pekanbaru. Rumah Makan Cuik menjadi pilihan, tadi direkomendasikan sama orang, karena katanya, rumah makan ini terkenal dan legendaris,” ujar Ahmad Fauzi Chan, Minggu (9/2/2025).
Salah satu anggota PWI Kota Cilegon, Mad Sari, mengaku puas dengan cita rasa makanan di tempat tersebut.
“Makanannya enak, apalagi ayam nya, ikannya, udangnya, daun ubi nya, nasinya, pokoknya enak, seperti memakai bumbu khas, dan suasananya juga nyaman. Ini pengalaman yang menyenangkan sebelum kembali ke Cilegon, apalagi tadi kita banyak bercanda dan banyak tertawa. Pemilik rumah makan dan para karyawan nya pun ramah, menerima kita dengan senang hati,” kata Mad Sari.
Pemilik Rumah Makan Cuik, yang akrab disapa Bu Cuik, menyambut baik kedatangan rombongan PWI Cilegon.
Ia menjelaskan bahwa nama rumah makannya diambil dari nama dirinya sendiri.
“Nama Cuik memang dari nama saya. Saya senang sekali dengan kehadiran teman-teman wartawan di sini. Suasananya jadi lebih ramai, penuh tawa, dan ini menjadi kebanggaan bagi kami bisa melayani tamu dari berbagai daerah,” ungkap Bu Cuik.
Ia juga mengaku senang, karena rombongan PWI Kota Cilegon menikmati hidangan dan makan sampai kenyang.
“Alhamdulillah ini total dari makan para PWI Kota Cilegon mencapai satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah. Dan jenis makanan yang kami jual ini ada ikan baung, ayam goreng, dan menu unggulan kami itu ikan baung, ayam goreng, sama ikan gulai. Ikannya kami ambil langsung dari Sungai Siak, nelayan yang nangkap. Warung ini sudah ada sejak 1978, alhamdulillah masih ramai sampai sekarang. Kalau kata orang rumah makan kami legendaris, itu tergantung selera masing-masing,” jelas Bu Cuik dengan senyum yang ceria.
(*/red)